Kamis, 20 Mei 2010

Ekosistem

Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.

1. Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut.

a. Komponen autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.

b. Komponen heterotrof
(Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

c. Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.

d. Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.

2. Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.

a. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.

1. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.



2. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular

3. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.

4. Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).

5. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.

6. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.

b. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.




Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.

Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.

Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.

1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan
fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau
organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.

2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang
(bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton;hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston;organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantungpada
tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos
dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.

Lihat Gambar. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air
mengalir.Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk
ekosistem air mengalir adalah sungai.

1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.

Gbr. Berbagai Organisme Air Tawar
Berdasarkan Cara Hidupnya



Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.

Gbr. Empat Daerah Utama Pada Danau Air Tawar

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :


a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.

b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinyaadalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.

Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.

2. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.

Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba. Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.

Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
c. Ekosistem air laut

Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.

1. Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai
bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-
10.000 m).

2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut
semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200
m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000
m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m.
Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak
terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus
daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalamanlebih dari 6.000
m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan
cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan
karang tertentu.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.

2. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.

Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut.

1. Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).

2. Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

3. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

4. Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

Ledakan di Matahari

Matahari Yang Meledak
Melongok Peningkatan Aktivitas Matahari GEOGRAFI
SMA YPPI – II
SURABAYA
Peningkatan aktivitas Matahari kali ini dikhawatirkan bisa mengganggu peradaban di Bumi, terutama dalam pengendalian satelit, komunikasi dan sistem tenaga.


Gambar kanan : potret coronagraph dari satelit SOHO yang dibuat pada tanggal 6 Juni 2000, perhatikan ledakan-ledakan yang terpancarkan dari permukaan Matahari (Sumber : SOHO)
Matahari yang menjadi pusat tata surya kita ternyata bukanlah obyek yang diam begitu saja. Baru-baru ini sebuah tim astronom yang bersenjatakan satelit milik NASA mengemukakan penemuannya bahwa Matahari kita itu ternyata begitu dinamis, bahkan akhir-akhir ini ia nampak 'meledak-ledak'

Para ilmuwan tersebut menggunakan dua macam instrumen. Untuk menganalisis gelombang radio yang dipancarkan Matahari mereka menggunakan wahana antariksa Wind, sementara untuk menghasilkan potret-potret yang menggambarkan dinamika Matahari digunakan satelit SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) yang dilengkapi dengan coronagraph. Wind dikendalikan oleh NASA, sementara SOHO merupakan proyek kerjasama antara NASA dengan badan antariksa Eropa (ESA).
Periodik
Ledakan-ledakan yang berasal dari korona - lapisan selubung terluar Matahari - itu merupakan bagian dari aktivitas Matahari yang dinamik. Sudah sejak abad ke-19 manusia mengamati bahwa aktivitas Matahari senantiasa mencapai puncaknya setiap 11 tahun. Ledakan-ledakan ini - yang diistilahkan dengan coronal mass ejection (CME) - merupakan satu rangkaian aktivitas Matahari yang diikuti dengan pancaran gelombang radio yang cukup pekat dan disertai dengan menurunnya kuantitas bintik-bintik Matahari di lapisan forosfer. Puncak aktivitas terakhir terjadi di tahun 1991 lalu, sehingga diramalkan di tahun 2002 mendatang kembali terjadi puncak aktivitas. Mengapa Matahari memiliki periode aktivitas 11 tahun, sampai sekarang belum dapat ditemukan jawabannya. Namun diduga terdapat kaitan dengan kondisi magnetik Matahari.
Dalam kondisi normal, Matahari pun memiliki aktivitas yang ditandai dengan petumbuhan bintik-bintik Matahari, flare - bagian yang cemerlang di antara bintik-bintik Matahari - dan lidah api Matahari. Lidah api Matahari merupakan aliran proton dalam jumlah yang sangat besar, yang nampak seperti api berkobar-kobar yang menyembur dari fotosfer Matahari menembus lapisan kromosfer dan korona. Semburan lidah api tersebut menghasilkan guyuran proton dan elektron yang memiliki kecepatan ratusan hingga 2000 km / detik. Partikel-partikel ini - dikenal sebagai angin Matahari - akan sampai di Bumi dalam 13 hingga 26 jam. Namun, radiasi yang turut serta dalam proses tersebut akan tiba di Bumi hanya dalam waktu 8 menit sebagai gelombang radio.
Bumi kita memiliki mekanisme medan magnetik yang unik, dimana pada lapisan teratas atmosfer medan magnet ini membentuk lapisan magnetosfer dengan sabuk radiasi van Allen yang berbentuk donat, memancar dari kedua buah kutub magnetik Bumi dan menggembung di khatulistiwanya. Bentuk lapisan magnetosfer tidaklah sama dengan sabuk van Allen, karena senantiasa tertiup angin Matahari maka magnetosfer memiliki bentuk seperti titik air, dengan bagian yang tumpul menghadap ke Matahari. Sementara bagian ekornya memanjang menjauhi Matahari. Baru-baru ini, untuk pertama kalinya para ilmuwan NASA dengan bersenjatakan satelit IMAGE (Imager for Atmosphere to Aurora Global Exploration) berhasil merekam keberadaan ekor magnetosfer yang sangat tersembunyi ini.
Gambar kiri : potret bagian ekor magnetosfer Matahari yang selalu menjauhi Matahari - mirip ekor komet. Potret ini dibuat oleh instrumen EUV (Extreme Ultra Violet imager) pada satelit IMAGE dalam spektrum cahaya ultraviolet. Pusat gambar merupakan kutub utara Bumi, sementara lingkaran cahaya biru terang yang tersembunyi didekatnya merupakan aurorora borealis (cahaya kutub utara). Bagian yang memanjang ke atas memperlihatkan arah ekor magnetosfer. Posisi Matahari pada arah bagian bawah potret ini (Sumber : IMAGE press release).
Angin Matahari yang sampai di Bumi akan terjebak dalam lingkungan magnetosfer. Partikel-partikel bermuatan akan dibelokkan menuju ke arah kutub-kutub magnetik Bumi. Dalam perjalanannya, mereka menabrak atom-atom Oksigen dan Nitrogen di lapisan atmosfer teratas hingga kedua atom tersebut tereksitasi dan sebagai eksenya muncullah pancaran cahaya yang berwarna-warni dalam bentuk aurora (cahaya kutub). Aurora dapat digunakan sebagai indikasi untuk menilai aktivitas permukaan Matahari.
Merusak
Sejumlah ilmuwan mengkhawatirkan ekses dari badai Matahari kali ini. Peningkatan kuantitas angin Matahari dapat mengganggu komunikasi radio dan kerja radar. Bahkan aliran partikel-partikel bermuatan ini diduga dapat juga menghambat kerja satelit, meskipun satelit tersebut cukup jauh dari Bumi sekalipun. Sebuah peristiwa menarik terjadi di tahun lalu, saat terjadi peningkatan aktivitas temporal Matahari. Wahana antariksa Stardust yang berada cukup jauh dari Bumi terekspos partikel bermuatan dalam jumlah yang cukup banyak dari biasanya, sehingga mengganggu sistem komputer yang dipasang didalamnya. Akibatnya, satelit tersebut terpaksa berada dalam kondisi safe mode selama tiga hari, sebelum akhirnya sistem komputernya mengalami restart kembali. Potensi bahaya yang lebih besar terletak pada satelit-satelit yang dekat dengan Bumi. Badai Matahari memberikan kontribusi pemanasan lapisan teratas atmosfer, sehingga lebih mengembang. Dikhawatirkan pengembangan ini akan melampaui orbit satelit-satelit rendah sehingga mereka bergesean dengan atmosfer dan sebagai konsekuensinya, satelit-satelit ini akan melambat dan jatuh terbakar ke Bumi.
Gambar kanan : potret dramatik aurora borealis pada 24 Maret 2001 yang diambil oleh John Curtis (copyright 2001, all rights reserved) di dekat Fairbanks, Alaska. Aurora yang luar biasa ini memperlihatkan apa yang erjadi dengan Bumi ketika badai Matahari sebagai efek dari CME menghantam lapisan magnetosfer (Sumber : SpaceWeather).
Pada daerah lain, badai Matahari menimbulkan distabilitas di lingkungan ionosfer, sehingga berpotensi mengganggu komunikasi radio. Badai partikel bermuatan ini dikhawatirkan juga mampu menembus selimut magnetosfer dan menghantam sistem pembangkit daya sehingga berpotensi pula menimbulkan gangguan aliran listrik di seluruh dunia.
MATAHARI YANG MELEDAK


Baru-baru ini sebuah tim astronom dengan senjata, satelit milik NASA, bahwa matahari akhir-akhir ini meledak-ledak. Para ilmuwan menggunakan gelombang radio yang dipancarkan oleh matahari dengan menggunakan wahana antariksa Wind. Untuk menghasilkan potret-potret yang menggambarkan dinamika matahari mengunakan satelit SOHO yang dilengkapi dengan conograph yang dikendalikan oleh NASA.

Ledakan-ledakan yang berasal dari korona- lapisan selubung terluar matahari merupakan dari aktivitas matahari, aktivitas itu sudah berada sejak abad ke 19, manusia mengamati matahar puncak aktivitas matahari 11 tahun sekali. Ledakan tersebut diikuti dengan satu rangkaian matahari yang diikuti pancaran gelombang radio yang cukup kuat dan disertai dengan menurunnya kuantitas bintik-bintik Matahari di lapisan forosfer.
Semburan lidah api tersebut menghasilkan guyuran proton dan elektron yang memiliki kecepatan ratusan hingga 2000 km / detik. Partikel-partikel ini - dikenal sebagai angin Matahari - akan sampai di Bumi dalam 13 hingga 26 jam. Namun, radiasi yang turut serta dalam proses tersebut akan tiba di Bumi hanya dalam waktu 8 menit sebagai gelombang radio.
Bumi kita memiliki mekanisme medan magnetik yang unik, dimana pada lapisan teratas atmosfer medan magnet ini membentuk lapisan magnetosfer dengan sabuk radiasi van Allen yang berbentuk donat, memancar dari kedua buah kutub magnetik Bumi dan menggembung di khatulistiwanya. Bentuk lapisan magnetosfer tidaklah sama dengan sabuk van Allen, karena senantiasa tertiup angin Matahari maka magnetosfer memiliki bentuk seperti titik air, dengan bagian yang tumpul menghadap ke Matahari

Rabu, 24 Februari 2010

Suiseki

'''Suiseki, yang unik dari alam'''

Sulit bagi kita untuk mendefinisikan makna sesungguhnya dari Suiseki (baca; suu-i-sek-i) bak puisi dan kecantikan begitulah tingginya nilai seni dari batu “suiseki” ini. Berdasarkan Budaya dan beberapa pendapat, suiseki disebut sebagai batu pemandangan, batu indah / arstistik, batu biarawan, gongshi atau suseok. Suiseki mewakili lebih dari sebuah seni, dia mewakili akan sebuah proses, perasaan dan keterkaitan antara objek dan orang yang memandang.

'''Beberapa definisi dunia tentang suiseki..:'''


1. Suiseki adalah batu yang berbentuk seperti gunung, danau, air terjun dan pemandangan alam lainnya atau secara estetika menarik dari segi bentuk dan tekstur, yang mewakili alam dalam gengaman tangan anda.

2. Suiseki adalah batu yang terbentuk secara alami yang disukai karena keindahannya dan kekuatannya dalam menampilkan pemandangan alam atau sebuah objek yang berhubungan dengan alam. Bentuk yang paling populer dari suiseki adalah bentuk gunung, air terjun, pulau, gubuk jerami atau binatang.

3. Suiseki di temukan di alam liar, di gunung, atau di arus aliran sungai untuk kemudian ditampilkan dengan kondisi alaminya, batu ini merupakan objek yang sangat indah dan alat yang canggih bagi refleksi jiwa yang menggiring siapa saja yang melihatnya untuk memberikan apresiasi terhadap kekuatan alam.

4. Dalam ungkapan sederhana, suiseki adalah pemahaman dan penghargaan alam melalui sebuah batu.

5. Suiseki adalah sebuah studi dan kenikmatan dari sebuah batu yang terbentuk secara alami sebagai objek keindahan. Seni suiseki dimulai sejak pencarian, persiapan dan penghargaan kepada batu ini. Batu Suiseki ini di temukan di aliran sungai, di gunung-gunung, padang pasir yang bertiup angin, sepanjang pantai, dimana saja yang ia tersimpan dan dibentuk oleh alam.

Sebuah suiseki memiliki kemampuan untuk menampilkan keseluruhan bumi dan dunia dihadapan mata manusia.
Terbentuknya alam pegunungan ke dalam sebuah suiseki yang seimbang merupakan kepuasan secara visual, mendatangkan inspirasi dan menenangkan jiwa. Merupakan impian bagi setiap kolektor agar suatu hari mendapatkan sebuah batu suiseki yang menawan, meciptakan sebuah miniatur pemandangan yang sempurna. Kesempurnaan itu akan selalu diharapkan pada batu selanjutnya dan harapan itu pun akan selalu terus berjalan.


bebatuan ini terlihat biasa saja. Namun, jika diperhatikan bentuknya menyerupai kodok, anjing, ataupun orang yang tengah berciuman.
Hebatnya bebatuan itu terbentuk murni dari alam. Bebatuan ini dinamakan suiseki, yang terdiri atas dua kata. Sui artinya air dan seki artinya ’batu’.Bentuknya yang beraneka ragam serta tantangan untuk mendapatkannya.

bebatuan ini bukan hanya menarik bentuknya, juga menyimpan sejarah yang panjang. perjalanan suiseki dimulai sejak 1.500 tahun lalu.
Ketika itu para raja di China menginginkan pemandangan alam yang dapat dibawa ke istana. Tujuannya agar mereka dapat menikmati pemandangan tersebut setiap hari sehingga tidak perlu keluar istana. Dari situ dimulailah pencarian batu-batu yang hanya dapat ditemukan di sungai atau puncak pegunungan. Batu-batu inilah yang kemudian dinamakan suiseki. Tentu batu-batu yang dicari tersebut bukan sembarang batu. Melainkan batu yang unik, bentuknya bervariasi, dan tidak direkayasa. Batu-batu ini sama sekali bukan buatan manusia.

Disebabkan terkikis oleh air sungai, pasir, juga benturan serta gesekan selama jutaan tahun, maka terciptalah bebatuan suiseki. Sebenarnya suiseki b e r a s a l dari China, tapi mengapa namanya dari bahasa Jepang? Rupanya orang China tidak terlalu mengembangkan hasil alam ini. Lantas di mana letak keistimewaannya? ”Persepsi orang dalam melihat bentuk batu yang berbeda membuat batu ini semakin istimewa, dan itu tergantung seberapa jauh mereka dapat menikmati karya alam,”
memelihara suiseki sama sekali tanpa perawatan. ”Di samping itu, suiseki punya nilai seni dan komersial yang tinggi. Suiseki kalau hanya ditaruh, maka terlihat seperti batu biasa. Karena itu para pencinta suiseki memutarnya sedemikian rupa untuk menemukan posisi yang pas ketika dipajang.

Tidak hanya itu, suiseki juga diberi tatakan kayu untuk mempermanis tampilannya. ”Ada juga orang yang memadupadankan suiseki dengan bonsai dalam satu pot. Itu namanya pencing dalam bahasa China.
Selain itu koleksi suiseki bisa diberi suiban atau tatakan yang diisi pasir ataupun air. Bisa juga di sekitar suiban diberi pot keramik atau rumput rumput kecil yang dalam bahasa Jepang dinamakan kusamono. ”Rumputnya rumput liar yang di ambil dari jalan atau yang menjalar di dinding,” Rumput-rumput tersebut tidak serta-merta ditaruh begitu saja dalam pot kecil, namun disusun sedemikian rupa sehingga cantik dipandang mata.”Kalau orang Malaysia lebih suka menaruh kapal kapal kecil dalam pot suiseki mereka.
Terakhir, untuk lebih memperindah suiseki, di belakangnya diberi hiasan tulisan kaligrafi China atau Jepang yang dipampang di dinding.Ternyata suiseki di Indonesia tidak kalah menarik dibanding suiseki dari Korea, Jepang, ataupun Taiwan. ”Malah kebanyakan orang luar berburu sampai ke Indonesia karena di sana suisekinya sudah sedikit mengingat banyak penggemarnya dan kualitas suiseki kita bagus, Sumatera Barat merupakan ladang emas suiseki.

Mulai Sungai Ombilin, Batanghari, Sijunjung, Sawah Lunto, sampai sungai di Payakumbuh merupakan tempat paling kaya suiseki. Sementara di Papua kebanyakan ditemukan fosil, bisa berupa kayu ataupun binatang yang sudah membatu. Penggemar suiseki kurang menyukai batu-batu jenis ini. Bicara tentang harga, walaupun batu-batu ini bisa didapatkan gratis dari alam, ada kalanya para penggemar suiseki membeli dari pedagang.
benarkah suiseki bisa membawa hoki? ”Tidak juga. Kalau kebetulan bisa menjualnya dengan harga mahal, baru namanya hoki.

Bentuk bentuk suiseki:
I. KLASIFIKASI BY SHAPE
Scenic Landscape Stones (Sansui keiseki/ Sansui keijo-seki)
A. Mountain stones (Yamagata-ishi) Mei seperti sebuah gunung (jauh dan dekat-jauh) atau beberapa pegunungan.
– Distant mountain stones (Toyama-ishi/Enzan-seki) Pegunungan dilihat dari jarak yang sangat jauh.
– Near-view mountain stones (Kinzan-seki) Pegunungan dilihat dari dekat.
– Single-peak stones (Koho-seki) Pegunungan dengan hanya satu puncak.
– Double-peak stones (Koho-seki) Dua gunung, atau satu gunung dengan dua puncak.
–Triple-peak stones (Sampo-seki) Pegunungan dengan tiga puncak
– Mountain range stones (Rempo-seki) Range gunung daripada gunung tunggal dengan satu atau lebih terpisah puncak.
– Rugged Mountain stone (Seigaku-seki) Gunung batu dengan fitur kasar.
– Snow-covered mountain stone (Sekkei-ishi) Gunung batu dengan salju-seperti mineral di puncak (s) atau sisi.
– Desert Scenic stone Tampak jauh, panorama padang pasir, kadang-kadang dengan beberapa Buttes atau mesas.
– Desert Mountain stone Pinnacles atau menara di puncak.
– Butte stone Isolated gunung dengan datar / terkikis top; curam dinding vertikal.
– Mesa stone Gunung-seperti pembentukan dengan datar, luas atas dan tajam sisi vertikal

B. Waterfall stones (Taki-ishi) Mirip gunung dengan satu atau lebih air terjun. Air Terjun disarankan oleh streak mineral putih di atas batu, turun depan.
– Thread-waterfall stones (Itodaki-ishi) disarankan oleh sebuah garis tipis kuarsa-bahan seperti berlari di depan batu.
– Sheet-waterfall stones (Nudodaki-ishi) garis yang lebih luas dari bahan berwarna terang menuruni sisi depan batu.
– Dry waterfall stones (Karedaki-ishi) Jelas tanda-tanda yang menunjukkan air terjun yang kering.
– Mountain waterfall stones (Yamagata-taki-ishi) Gunung batu dengan satu atau lebih air terjun yang muncul pada permukaan depan mereka.
– Mountain-stream stones (Keiryu-seki) Streaming berjalan melalui lembah, sering putih urat mineral di mana sungai akan Ideal jika sungai berjalan diagonal, vs dari depan ke belakang.

C. Plateau stones (Dan-seki/Dan-ishi) bertingkat-tingkat di lereng bukit atau serangkaian langkah-langkah datar naik ke arah tebing. Batu klasik setidaknya memiliki tiga langkah yang berbeda-beda panjangnya, langkah harus vertikal atau hampir vertikal.

D. Island stones (Shimagata-ishi) pulau Mirip naik keluar dari air, rendah tingginya, menyarankan teluk atau sisi masuk, biasanya ditampilkan dalam suiban atau doban diisi dengan pasir atau air untuk meningkatkan citra pulau.


E. Slope stones (Doha-seki/Doha-ishi) perbukitan polos atau lembut naik ke lereng bukit.

F. Shore stones (Isogata-ishi) Biasanya dangkal dan menyarankan garis pantai berbatu.
– Reef stones (Araiso/Araiso-ishi) batu karang atau beting bergerigi.
– Sandbar stones (Hirasu/Hirasu-ishi) batu pasir atau pantai tenang.
– Cape stones (Misaki-ishi )

G. Waterpool stones (Mizutamari-ishi) gunung kolam renang atau kolam. Berpori batu yang tidak membolehkan bagian kolam batu yang harus diisi dengan air yang tidak berharga. Yang paling sangat berharga adalah mereka batu-batu kolam renang dengan kolam dikelilingi oleh satu atau lebih well-formed pegunungan.

H. Pool or Lake stones (Tamari-ishi) Serupa dengan batu waterpool - depresi menyarankan lebih dalam kolam renang atau danau.

I. Waterpuddle stones (Mitzutame-ishi) waterpool Serupa dengan batu, dangkal depresi yang menahan air.

J. Coastal rock stones (Iwagata-ishi) tinggi, angin-menyapu pantai berbatu; tinggi, kasar batu lepas pantai; tebing curam di ujung semenanjung.

K. Cave stones (Dokutsu-ishi) Hollows dan rongga mirip gua, disarankan oleh gelap dalam rongga, akhir tidak dapat dilihat.Paling dikagumi ketika gua miring tajam ke kiri atau kanan.

L. Shelter stones (Yadori-ishi) dangkal cekung tempat penampungan yang dibentuk oleh batu karang yang menjorok, lantai tempat berlindung akan terlihat.

M. Rain-shelter stones (Amayadori-ishi) Serupa dengan penampungan batu dengan saran melindungi tempat berlindung dari hujan.

N. Tunnel stones (Domon-ishi) lubang berbentuk terowongan / lengkungan alami, dan terowongan melewati sepenuhnya melalui batu.


O. Desert Arch, Natural bridge and Window rock stones Ingatkan penampil dari beberapa fitur gurun. Arch berkesinambungan atas pembukaan di batu di bawah ini. Sebuah jembatan batu alam sama, tetapi rata di atas lengkungan sehingga lebih dekat mengingatkan salah satu jembatan. Jendela batu batu mengingatkan salah satu jendela (biasanya bulat atau oval) di sekitar batu.

P. Desert Hoodoo or Ventifact stone abstrak pilar vertikal yang diciptakan oleh pasir yang tertiup angin erosi.

Q. Canyon or Coulee stones penampil dari aus jurang yang dalam oleh air yang mengalir, mirip dengan batu-batu dengan ngarai dalam lembah, curam sisi berjalan melalui batu.

R. Dry lake or Playa stones Mirip kering, berlumuran lumpur lantai datar gurun baskom.

S. Arroyo or Dry wash stones Canyon Serupa dengan batu dengan lantai datar yang lebih luas di mana air telah muncul untuk menghapus secara merata setelah hujan lebat.

T. Sand dune stones gurun pasir dengan banyak variasi.

Object Stones (Keisho-seki)
A. House-shaped stones (Yagata-ishi) Berbagai jenis rumah-rumah pedesaan.
Thatched-hut stones (Kuzuya-ishi) Penting kategori, bulat atau segitiga menjorok atap dan erosi, lebih bernilai jika batu pilar tampaknya telah mengangkat atap.
Pueblo stones. Mirip rumah batako India di Arizona dan New Mexico.
Cliff dwelling stones. rumah diukir dari tebing seperti ada di barat daya Amerika.

B. Boat-shaped stones (Funagata-ishi) Mirip berbagai jenis kapal, termasuk kapal layar kayu, perahu dayung, dan houseboats.

C. Bridge-shaped stones (Hashi-ishi) Mirip sebuah batu atau kayu jembatan.

D. Animal-shaped stones (Dobutsu-seki) Setiap batu yang menyerupai binatang.

E. Bird-shaped stones (Torigata-ishi) Real dan mitos burung.

F. Insect-shaped stones (Mushigata-ishi) Terutama kupu-kupu, capung, jangkrik, belalang.

G. Fish-shaped stones (Uogata-ishi) Terutama koi dan ikan mas.

H. Human-shaped stones (Sugata-ishi/Jimbutsu-seki) Terutama nelayan, petani, perawan, Budha, dan rahib Buddha, juga batu yang menunjukkan bagian tubuh manusia.

I. Three objects stones (Sankeishi-seki) tiga objek yang berbeda bila dilihat dari sudut yang berbeda.

II. CLASSIFICATION BY COLOR
Warna dapat meningkatkan keindahan dan klasifikasi dari batu - oleh mereka yang mendalam, tenang, dan warna yang sangat baik. Dihargai untuk estetika, warna dan saran yang dibuat oleh warna (ex: fajar, senja, malam, musim semi, matahari terbenam)
– Black stones (Kuro-ishi)
– Jet-black stones (Maguro-ishi)
– Red stones (Aka-ishi)
– Blue stones (Ao-ishi)
– Purple stones (Murasaki-ishi)
– Golden-yellow stones (Ogon-seki)
– Yellow-red stones (Kinko-seki)
– Five-color stones (Goshiki-ishi/Goshiki-seki)

III. CLASSIFICATION BY SURFACE PATTERN
A. Plant-pattern stones (Kigata-ishi)
Forest-pattern stones (Mori-ishi)
Bonsai-pattern stones (Bonsai-ishi)
Flower-pattern stones (Hanagata-ishi)
Chrysanthemum-pattern stones (Kikumon-seki/Kikka-seki/Kiku-ishi)
Japanese plum-blossom-pattern stones (Baika-seki)
Wild rose-pattern stones (Nobara-ishi)
Fruit-pattern stones (Migata-ishi)
Leaf-pattern stones (Hagata-ishi)
Grass-pattern stones (Kusagata-ishi)

B. Celestial-pattern stones (Gensho-seki)
Moon-pattern stones (Tsukigata-ishi)
Sun-pattern stones (Higata-ishi)
Star-pattern stones (Hoshigata-ishi)
C. Weather-pattern stones (Tenko-seki)
Rain-pattern stones (Amagata-ishi)
Snow-pattern stones (Yukigata-ishi)
Lightning-pattern stones (Raiko-seki)

D. Abstract-pattern stones (Chusho-seki)
Tiger-stripe-pattern stones (Tori-ishi)
Tangled-net-pattern stones (Itomaki-ishi/Itogaki-ishi)
Pit-mark-pattern stones (Sudachi)
Snake-pattern stones (Jagure)
Embedded stones (Moniri-ishi)

E. Desert-pattern stones
Cracked Mud Flat-pattern stones
Windows-pattern stones
Indian blanket-pattern stones
Petroglyph-pattern stones

IV. CLASSIFICATION BY PLACE OF ORIGIN
A. Japan Locations
Kamogawa river stones
Kurama stones
Kibune stones
Setagawa river stones
Nachiguro stones
Kamuikotan stones
Sado red stones
Ibigawa river stones
Sajigawa river stones
Furuya stones
Seigaku stones
Neodani stones

B. United States Locations
Mojave Desert stones California
Murphys stones Murphys California
Eel River stones Northern California

C. Italy Locations
Ligurian stones, Ligurian Alps, Italy

Senin, 25 Januari 2010

PERANAN SEKOLAH SWASTA

Surabaya memiliki jenjang Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas swasta yang jumlahnya berlipat-lipat jika dibandingkan dengan sekolah setingkat yang dikelola pemerintah ( Negeri ). Realita ini dapat dipahami bahwa sekolah swasta mempunyai tanggung jawab juga dalam mencerdaskan anak-anak seusia sekolah tingkat lanjutan tersebut, padahal tugas mencerdaskan Putra Bangsa ini jelas merupakan tanggung jawab pemerintah, karena pendidikan termasuk bagian dari layanan public dan swasta hanya sekedar partnership semata, oleh karena itu akses pendidikan harus merata dan berkeadilan.

Beban sekolah swasta sering terasa menjadi semakin berat manakala mendapatkan perlakuan yang tidak proporsional di lapangan, misalnya : jika out put sekolah swasta tidak sebaik sekolah negeri, pemerintah dan masyarakat sering memberi penilaian negative. Padahal akar masalahnya terletak pada inputnya yang jelas berbeda. Sering kita temukan kasus lulusan SD ataupun SMP Negeri yang karena nilai rata-ratanya UKMnya kurang dari patokan yang diinginkan untuk masuk sekolah negeri pada jenjang berikutnya menjadi beban sekolah swasta. ( Apa yang terjadi seumpamanya SEMUA SEKOLAH SWASTA juga tidak mau menerimanya dengan alasan yang sama ? Mereka menjadi tanggung jawab siapa ? Tentu mereka menjadi tanggung jawab pemerintah karena mereka juga bayar pajak juga. ) Kenyataannya swasta tetap mau menerima mereka yang dianggap tidak layak diterima di lembaga yang dikelola pemerintah dan dengan segala upaya serta kerja keras para guru sekolah swasta akhirnya berhasil juga mengantarkan mereka ke nilai maksimum rata-rata dalam ujian nasional tiga tahun berikutnya.

Dalam hal ini sekolah swasta mampu meng UPGRADE mereka ke nilai beberapa digit di atas nilai rata-rata UKM sebelumnya. Sementara teman-temannya yang nilai UKMnya mencapai rata-rata 7.00 atau bahkan lebih dapat diterima di SMPN atau SMAN, dan para gurunya tidak perlu kerja bersusah payah mengajar mereka. Karena mereka termasuk yang terbaik di antara yang baik, lalu tiga tahun berikutnya mereka lulus dengan nilai UNAS rata-rata tetap 7.00 berarti masih pada posisi semula.

Dalam kasus seperti ini semestinya pemerintah dan masyarakat obyektif menilainya, jangan asal melihat luarnya saja bahwa nilai 5,50 yang dicapai sekolah swasta berarti lebih jelek dari 7,00 yang dicapai negeri, lalu memvonis SWASTA JELEK tanpa melihat inputnya. Jika masyarakat awan yang menilai dengan cara demikian mungkin masih dapat dimaklumi, tetapi jika seorang terdidik seperti oknum DINAS PENDIDIKAN atau OKNUM PEMERINTAH sungguh keterlaluan. Karena keberhasilan pendidikan di Negara ini berarti keberhasilan dinas pendidikan sekaligus keberhasilan pemerintahnya. Sebaliknya kegagalan pendidikan juga kegagalan dan dosa dari Dinas Pendidikan beserta Pemerintah pula, di samping itu menilai tingkat keberhasilan pendidikan janganlah hanya dari segi nilai dan angka angka semata. Aspek perilaku dan akhlak jauh lebih penting. Tidak ada satu teoripun yang mengatakan bahwa yang pandai pasti dan dijamin lebih berhasil serta lebih sejahtera kehidupannya di kelak kemudian.